jenis-jenis SAPI YANG DIKEMBANGkan DI INDONESIA
1.Sapi limousin
Keunggulan
sapi ini adalah:
1.lebih cocok di daerah sejuk.
2.bertubuh kekar dan
berotot,lingkar dada besar.
3.api tipe pedaging dn karkasnya
bekualitas.
4.mampu menyesuaikan dengan
kondisi pakan.
5.setelah sapih,mempunyai
pertambahan bobot yang baik dan
Daya hidupnya tinggi
2.sapi brahman
Brahman adalah salah satu sapi
bangsa Zebu, berasal dari India dan cocok sebagai ternak sapi potong /
pedaging. Kualitas karkas sapi Brahman cukup baik. Warna dominant sapi barman
ini adalah putih dengan punuk yang besar. di beberapa daerah sapi ini diberi
nama sapi mengali, berat badan sapi jantan dewasa mencapai 700 Kg, tipikal sapi
ini agak agresif. Kelebihan sapi Brahman adalah sapi ini baik dipelihara di
daerah yang kualitas rumputnya kurang baik sekalipun dan mampu beradaptasi
dengan berbagai cuaca. Pertambahan bobot harian sapi barman mencapai 0,8 Kg/
hari .Populasi sapi Brahman di Indonesia saat ini berkurang bila dibandingkan
dengan pertambahan populasi Simmental dan Limousine
Keunggulan
dari sapi Brahman adalah:
1.merupakan sapi persilangan yang
dipersiapkan untuk tahan Terhadap cuaca didaerah tropis.
2.mempunyai populasi yang cukup
tinggi.
3.tahan terhadap serangga dan
penyakit serta resiten terhadap demam texas,gigitan caplak dan nyamuk.
4.petumbuhan pascasapih cukup baik
dan termasuk pedaging.
5.tidak terlalu selektif terhadap
pakan yang diberikan.
6.persentase karkas yang dihasilkan
sekitar 48,6-54,2%.
3.sapi simmental
Keunggulan
sapi simmental adalah:
1.lebih cenderung cocok dipelihara
didaerah sejuk.
2.memiliki bobot pascasapih yang
baik dan relatif bagus untuk penggemukan
3.pertumbuhan ototnya bagus dan
menimbulkan lemak dibawah kulit rendah.
4.menghasilkan karkas yang bagus.
5.anakan sapi mempunyai daya hidup
baik.
6.perangainya relative jinak
4.sapi bali
Sapi Bali (Bos sondaicus)
telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah
Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa
sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di
Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat
gen sapi Bali.
Sapi Bali dikenal juga dengan
nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos
javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos
taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae,
kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi
masih termasuk genus bos.
Dari Pulau Bali yang dipandang
sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat bibit, sapi Bali menyebar dan
berkembang hampir ke seluruh pelosok nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar
Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920 dan 1927, ke Lombok pada
abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan 1920. Selanjutnya sapi Bali
berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan Ausatralia bagian Utara. Sapi Bali
juga pernah diintroduksi ke Australia antara 1827-1849.
Dengan data-data seperti tersebut diatas, Sapi Bali
seharusnya merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang harus dilestarikan agar
tidak punah. Oleh sebab itu kemurnian genetikanya telah dilindungi dengan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2004 dan Perda No 2/2003
yang melarang bibit sapi bali betina keluar dari wilayah
Keunggulan
sapi bali adalah:
1.merupakan domestifikasi asli
setempat,sapi ini cocok didaerah tropis.
2.cukup baik pada ketinggian dibawah
100 m dpl
3.populasinya cukup tinggi
4.memliki tabiat relatif jinak.
5.mampu hidup dalam kondisi kurang
baik.
6.sapi lokal yang cukup bagus untuk
digemukan.
7.efisien dalam memanfaatkan sumber
pakan,presentase karkas tinggi dan dagingnya renah lemak.
Persentase karkas berkisar 56-57%
5.Sapi Freisian Holstein
Sapi holstein atau frisia
merupakan salah satu trah sapi perah yang sekarang dikenal sebagai sapi yang terbanyak memproduksi susu di peternakan
susu. Berasal dari Eropa, sapi holstein dikembangbiakkan di daerah yang sekarang menjadi Provinsi Holland Utara dan Friesland, Belanda (jadi bukan dari Holstein, Jerman). Sapi holstein berukuran besar dengan totol-totol warna
hitam dan putih di sekujur tubuhnya. Dalam arti sempit, sapi holstein memiliki telinga
hitam, kaki putih, dan ujung ekor yang putih. Di Indonesia sapi jenis FH ini
dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari
atau 3.050 kg susu 1 kali masa laktasi. Sapi jantan jenis FH ini dapat mencapai
berat badan 1.000 kg, dan berat badan ideal betina adalah 635 kg. Di Amerika
sapi jenis FH ini dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa
laktasi
Keunggulan
sapi fresian Holstein
1.dapat hidup didaerah tropis dan
subtropis.
2.pertumbuhan cukup cepat dengan
persentase karkas baik.
3.kemampuan hidup pedet baik dan
populasi tinggi.
4.mudah menyesuaikan dengan pakan
seadanya.
5.memilki sifat jinak.
6.sapi jantan cocok untuk digemukan
6.sapi ongole
Ongole juga bangsa sapi zebu, sulit
membedakan sapi ongole ini dengan sapi Brahman bagi banyak orang. Sapi ongole
ini juga memiliki punuk baik sapi jantan maupun betina, warna dominant sapi ini
juga putih. Berat badan sapi ongole jantan dewasa mencapai 650 Kg dengan
pertambahan berat badan harian mencapai 0,6 Kg/ hari. Di Indonesia sapi ini
sudah dikawinkan dengan berbagai sapi ongole sehingga sapi ongole sering
disebut peranakan ongole (PO). Tipikal sapi ini sama dengan sapi Brahman. Semua
BBIB dan BIB menghasilkan semen beku untuk sapi Ongole ini. warna straw semen
bekunya adalah biru muda.
Keunggulan
sapi ongole adalah:
1. sapi ini relatif tahan cuaca
panas.
2.termasuk sapi yang memliki
ketahanan terhadap kerumunan serangga cukup baik.
3.memliki daya hidup yang baik
sewaktu pedet.
4.cukup tahan terhadap serangan
penyakit
5.mampu tumbuh dan hidup
dilingkungan kurang baik
6.kualitas karkas mencapai 45-58%.
7.peranakn ongole.
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan persilangan antara sapi Ongole dengan sapi-sapi lokal yg ada di Jawa dan Sumatera. Ponok dan gelambir kelihatannya kecil atau tidak ada sama sekali. Warna bulu sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan. Banyak terdapat di pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur
Keunggulan
peranakan ongole adalah:
1.merupakan silangan antara sapi
ongole yang tahan panas dengan sapi dari luar yang berasal dari daerah dingin
dan dibesarkan didaerah tropis sehingga memiliki kemampuan terhadap cuaca panas
cukup baik
2.tidak rentan terhadap serangan
serangga.
3.kemampuan hidup pada tinngkat
pedet relatif baik.
4.tahan terhadap serangan penyakit.
5.bakalan sapi ini cukup jinak.
6.mampu bertahan dilingkungan yang
jelek.
7.tipe sapi pedaging dan sapi
pekerja
8.cepat berekproduksi.
8.sapi angus
Sapi angus ini berasal dari Scotland, sapi ini cocok
dipelihara di daerah beriklim tropis, sapi Angus memiliki berat badan jantan
dewasa sampai 900 Kg, dan pertambahan berat badan harian mencapai 1 Kg / hari
(untuk sapi pasca sapih). Umumnya sapi Angus ini berwarna hitam di seluruh
tubuh. Karakteristiknya cukup jinak dengan tampang yang menyerupai banteng.
Kelebihan dari sapi ini cukup tahan terhadap perubahan iklim dan penyakit.
Tipikal sapi Angus adalah sapi potong/ pedaging, mudah beradaptasi dengan
segala jenis hijauan makanan ternak.
9.sapi brangus
brangus sebenarnya adalah persilangan dari sapi
Angus dengan Brahman, warna dominant sapi Brangus ini adalah hitam, punuk pada
sapi Brangus inilah yangmembedakannya dengan sapi Aberdeen Angus. Sapi ini
sangat baik dipelihara di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, memiliki
kemampuan adaptasi yang sangat tinggi serta mampu bertahan di kondisi rumput
yang jelek sekalipun.berat brangus bias mencapi 700kg dan pertambahan bobot
perhari biasa mencapai 0,7kg.
Kelebihan sapi brangus
adalah:
- Mudah pemeliharaannya
- Pertumbuhan cepat
- Nafsu makan tinggi
- Harga jual bibit tingi
- Tahan terhadap udara panas dan lembab
- Mau mengkonsumsi berbagai limbah pertanian
- Tahan terhadap gigitan serangga/caplak (pink eye)
- Tidak mengalami kesulitan dalam melahirkan
- Mortalitas rendah
- Menghasilkan pupuk kandang yang cukup banyak
SEJARAH SAPI DI INDONESIA
Sejarah ternak sapi agaknya perlu
diubah. Selama ini sapi di Indonesia disebut-sebut sebagai keturunan sapi
impor, yakni sapi India (benggala) dan sapi Eropa (ongole). Ternyata,
berdasarkan penelitian Sutopo dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang, sapi asli Indonesia berasal dari Bali. Secara fisik, penampilan sapi
Bali bisa dibedakan dari sapi India dan Eropa. Sapi India memiliki punggung
yang berpunuk, sedangkan sapi Eropa tak berpunuk. Sapi Bali berwarna cokelat,
dengan pantat putih, kaki seperti berkaus putih, dan garis hitam di punggung.
Biasanya daging sapi Bali
dikonsumsi masyarakat banyak. Adapun sapi India dan Eropa, kebanyakan
dikonsumsi ketika hari raya, atau dalam sebuah perjamuan di hotel atau
restoran. Penemuan sapi asli Indonesia melalui penelitian Sutopo untuk
disertasi doktornya di Tokyo University of Agriculture, Jepang beberapa tahun
lalu tersebut tentu amat berarti. Sebab, pendapat selama ini, yang seperti
mitos, menganggap bahwa sapi Indonesia berasal dari induk sapi luar, terutama
India. Hal itu tak lain lantaran data arkeologi tentang asal-usul sapi Indonesia amat
minim. Paling banter, “Hanya ada bukti arkeologi berupa relief di Candi
Borobudur,” ujar Sutopo. Bukti itu pun cuma menggambarkan peran sapi sebagai
ternak dan pembantu petani untuk menggarap sawah serta ladang. Seorang ilmuwan
Jepang, Takao Namikawa, pada 1970-an pernah meneliti sapi Indonesia. Toh,
ia belum menemukan riwayat sapi Indonesia.
Dua puluh tahun kemudian, ilmuwan
lain yang juga dari Jepang, Takazi Amano, hanya meneliti ternak kerbau. Ketika
itu Sutopo membantu Amano di lapangan. Rupanya pengalaman bersama Amano membuat
Sutopo, yang semasa kuliah hingga lulus dari Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro tahun 1989 juga merangkap sebagai blantik (pedagang sapi),
bersemangat untuk meneliti sejarah sapi asli Indonesia. Untuk itu, ia
menggunakan jalur genetika dengan metode penandaan protein enzim dan
polymorphism (keragaman) DNA (deoxyribonucleic acid). Sebanyak 234 ekor sapi
berbagai jenis digunakan sebagai sampel. Akhirnya, dengan analisis komponen
pembeda utama, diperoleh pengelompokan sapi Bali bersama banteng, yang memiliki
ciri-ciri genetis berbeda dengan sapi India dan sapi Eropa, berikut
keturunannya. Setelah itu, Sutopo meneliti lagi asal-usul induk pejantan
ataupun betina dari sapi Bali. Dengan sampel 700 ekor sapi dan metode
microsatellite DNA, diperoleh kesimpulan bahwa induk jantan sapi Bali memang
asli Indonesia, bukan keturunan sapi India ataupun Eropa. Kemudian, dengan
sampel 600 ekor sapi dan metode mitochondrial DNA (gen spesifik dari induk
betina), didapatkan hasil bahwa induk betina sapi Bali juga berasal dari
keturunan sapi Bali.